TANJUNG REDEB, BERAUKITA- Warga Masyarakat Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bujangga angkat bicara terkait Pemberitaan yang mengatakan, bahwa penyebab menumpuknya sampah di TPA dikarenakan warga sekitar yang membuang sampah sembarangan.
Hal itu disampaikan, Arman Novriansyah Suharman, salah satu perwakilan serikat Warga korban TPA saat mengikuti Hearing atau RDP di ruang Rapat Gabungan Komisi DPRD. Senin (24/07/2023).
“Ini berawal dari adanya statemen entah orang DLHK atau orang PUPR itu yang mengatakan kondisi sampah sekarang salah satunya disebabkan oleh warga sekitar yang membuang sampah sembarangan. Terus terang Kami merasa keberatan dengan statemen itu, statemen itu ada di berau terkini, ibu siapa namanya itu saya lupa namanya,” ungkap Arman.
“Kemudian saya langsung mengirim WA ke pak andi orang DLHK. Saya kirim pesan, apa maksudnya seperti ini. Pasalnya selama ini kami yang merasakan dampaknya,” tambahnya.
Arman mengaku, sejak 2012 tinggal di sekitar TPA Bujangga tersebut ia sudah cukup lelah merasakan dampaknya.
“Dampak dari pengelolaan sampah yang tidak baik itu ialah di tanah pak risman itu jadi kolam hitam legam karena air lindi yang tidak di kelola, saya sudah sampaikan beberapa kali air lindi mereka itu tidak melalui proses, sehingganya lari kelahan masyarakat,” terangnya.
“Kemudian mengalir lagi ke sungai sei tarum Bedungun, dan itu larinya ke sungai segah tanpa ada proses sedangkan air PDAM kita saat ini itu diambil dari sana, jadi tanpa proses ljmbah itu masuk ke sungai segah kemudian diambil oleh pdam dan itu sebagian masyarakat Berau konsumsi,” beber Arman.
Diungkapkannya, kondisi TPA saat ini jauh lebih tinggi dibanding jalannya, TPA harusnya menggunakan open dumping saat ini tidak terlaksana.
“Ya, harusnya setahu kami itu 30 centi meter tanah 30 cm sampah, kondisinya dilapangan 3 meter sampah dan 30 cm tanah, itupun kalau ditutup. Makanya saya menantang orang tersebut yang berstatement seperti itu untuk ayo bersama sama santai di sana ngopilah,” Ajaknya.
Terkait relokasi TPA tersebut ia pun mengaku sudah jenuh dengan janji tersebut. Pasalnya sejak jaman pak Makmur hingga sekarang belum ada tanda-tanda untuk merelokasi TPA.
“Zamannya pak makmur kemarin sudah mau direlokasi bukan zamannya ibu sri. Kami malah ingin frontal saja itu, kita tutup saja itu itu warga bujangga tutup jalan masuk ke TPA terserah DLHK mau buang kemana itu, karena kami sudah jenuh dengan kondisi saat ini,” pungkas Arman. (*/Rizal).